Selasa, 12 Februari 2013

Pendidikan Berkarakter


BAB I 
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
 laju globalisasi kini telah mulai menggeser moral para penghuni dunia saat ini. Ada banyak perubahan yang terjadi di sekeliling kita saat ini seperti politik, sosial ekonomi, moral dan spritual. Namun sayangnya seiring dengan laju perubahan itu nampak bahwa penegakan disiplin mulai melemah, sehingga masih menjadi kabur antar yang benar dan salah.
Banyak penyimpangan pun terjadi. Orang-orang terdidik malah memperlihatkan karakter seperti orang yang tak pernah mengenyam pendidikan. Model budi pekerti, etika, dan moral malah terabaikan. Karakter yang lebih menekankan keangkuhan, kesombongan, keakuan, golongan, gender, suku, dan lainnya malah lebih banyak terlihat. Pada akhirnya model-model kekerasan, adu jotos, penganiayaan, perkelahian, penyiksaan, dan lainnya menjadi tontonan sehari-hari masyarakat Indonesia.  Ironisnya hal ini sudah merasuki kehidupan pelajar dan mahasiswa.
Dari data US Department Health and Human Services tahun 2000 terungkap bahwa faktor risiko penyebab kegagalan anak di sekolah, termasuk putus sekolah, adalah rendahnya rasa percaya diri dan keingintahuan, ketidakmampuan mengontrol diri, rendahnya motivasi, kegagalan bersosialisasi, ketidakmampuan bekerja sama, dan rendahnya rasa empati anak. Yang mencengangkan, karena bertolak belakang dengan keyakinan kita selama ini, sukses seseorang di kemudian hari ternyata justru lebih banyak (80%) ditentukan oleh kecerdasan emosi, sedangkan sisanya (20%) oleh kecerdasan koginitif’(IQ). Namun kurikulum yang kita jalani sekarang hanya melihat dari aspek kognitif semata, dan mengelakkan aspek emosianal yang mana menanamkan pendidikan karakter didalamnya. Hal inilah yang juga berperan mendegradasi moral para penerus bangsa kita, seolah nampak seperti telah kehilangan karakternya.
Pendidikan berkarakter saat ini hendaknya menjadi kebutuhan primer bangsa kita. Dalam era globalisasi di mana setiap negara berusaha memberi karakter setiap warga negaranya yang menjadi identitas penting dalam pergaulan global. Indonesia sudah saatnya memilih mengedepankan pendidikan karakter atau membenahi karakter pendidikan saat ini. Karakter pendidikan diperlukan untuk memperlihatkan jika model-model pendidikan di Indonesia mampu membentuk karakter peserta didiknya. Dengan proses tersebut maka karakter bangsa pun turut terbentuk dan jika misi itu terwujud pastinya mampu mengundang warga dunia lain untuk mengenyam pendidikan di Indonesia. Dan lebih spesifiksanya lagi pendidikan karakter diharapkan mampu mereduksi penyimpangan moral yang kini menjadi dilema dalam masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
  1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Berkarakter?
  2. Mengapa kita membutuhkan Pendidikan Berkarakter?
  3. Bagaimanakah cara membentuk Karakter?
  4. Apa saja yang termasuk hal penting dari Pendidikan Berkarakter?
  5. Apa tujuan, fungsi, dan media Pendidikan Berkarakter?
  6.  Apa saja dampak dari Pendidikan Berkarakter?
  7. Bagaimanakah pinsip Pendidikan Berkarakter?
  8.  Apa saja indikator Pendidikan Berkarakter?
  9. Bagaimana implementasi Pendidikan Berkarakter saat ini?
  10. Bagaimana tips untuk mengimplementasikan Pendidikan Berkarakter di sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
a)      Untuk mengetahui apa yang dimaksud Pendidikan Berkarakter.
b)      Untuk mengetahui mengapa kita membutuhkan Pendidikan Berkarakter.
c)      Untuk mengetahui bagaimana cara membentuk Karakter.
d)     Untuk mengetahui apa saja yang termasuk hal penting dari Pendidikan Berkarakter.
e)      Untuk mengetahui apa saja tujuan, fungsi dan media Pendidikan Berkarakter.
f)       Untuk mengetahui apa saja dampak dari Pendidikan Berkarakter.
g)      Untuk mengetahui bagaimana prinsip Pendidikan Berkarakter.
h)      Untuk mengetahui apa saja indikator Pendidikan Berkarakter.
i)        Untuk mengetahui bagaimana implementasi Pendidikan Berkarakter saat ini.
j)        Untuk mengetahui bagaimana tips untuk mengimplementasikan Pendidikan Berkarakter di sekolah..
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini, antara lain :
  • Agar dijadikan pertimbangan dalam  mengembangkan Pendidikan Berkarakter  di sekolah.
  • Agar siswa dapat memahami lebih jauh tentang pentingnya Pendidikan Berkarakter.
  • Agar seorang siswa dapat mempunyai karakter yang baik dengan adanya implementasi Pendidikan Berkarakter.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pendidikan Bekarakter
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani “to mark” yang berarti menandai dan terfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Kata pendidikan berasal dari bahasa Latin “Pedagogi”, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi, istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.
Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai gerakan nasional menciptakan sekolah yang membina etika, bertanggung jawab dan merawat orang-orang muda dengan pemodelan juga mengajarkan karakter baik melalui penekanan pada universal, nilai-nilai yang kita semua. Ini adalah usaha, disengaja proaktif dengan sekolah, kabupaten dan negara untuk menanamkan siswanya nilai-nilai inti penting etika seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan penghargaan terhadap diri dan orang lain. Pendidikan karakter tidak “cepat memperbaiki ” melainkan ini hanya memberikan solusi jangka panjang yang membahas moral, etika dan akademik.
tumbuh perhatian masyarakat kita dan kunci keamanan sekolah.
menurut pusat bahasa Depdiknas adalah suatu bawaan ,Hati , jiwa , kepribadian ,budi pekerti , perilaku ,personalitas, sifat, tabiat, tempramen , watak” Adapun berkarakter adalah Berkepribadian , berperilaku, bersifat , bermartabat, dan berwatak
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik.
Karakter ialah mengacu pada serangkaian sikap Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
2.2 Mengapa kita membutuhkan pendidikan karakter?
Seperti yang dikatakan oleh Dr Thomas Lickona, penulis buku Mendidik untuk Karakter, menyatakan, “pendidikan moral bukanlah ide baru. Hal ini, pada kenyataannya, sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Turun melalui sejarah, di negara-negara dunia, pendidikan memiliki dua tujuan besar: untuk membantu kaum muda menjadi cerdas dan untuk membantu mereka menjadi baik “karakter yang baik tidak terbentuk secara otomatis;. itu dikembangkan dari waktu ke waktu melalui proses berkelanjutan pengajaran, pembelajaran contoh, dan latihan. hal ini dikembangkan melalui pendidikan karakter. Ajaran disengaja karakter yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam masyarakat saat ini sejak muda kita menghadapi banyak kesempatan dan tidak diketahui oleh generasi sebelumnya bahaya. Mereka dibombardir dengan banyak lebih negative pengaruh melalui media dan sumber eksternal lain yang lazim dalam budaya saat ini. Pada saat yang sama, ada banyak lagi hari-hari tekanan menimpa waktu bahwa orangtua dan anak-anak miliki bersama. Studi menunjukkan bahwa anak-anak menghabiskan hanya 38,5 menit seminggu (33,4 jam per tahun) dalam percakapan yang berarti dengan orang tua mereka, sementara mereka menghabiskan 1.500
jam menonton televisi. (American Family Research Council, 1990 dan Harper, November 1999) Karena anak-anak menghabiskan sekitar 900 jam setahun di sekolah, adalah penting bahwa sekolah melanjutkan peran proaktif dalam membantu keluarga dan masyarakat dengan mengembangkan kepedulian. Menghormati lingkungan di mana siswa belajar inti, nilai-nilai etika. Untuk menciptakan kami sekolah sebagai masyarakat peduli dan hormat kita tahu mereka bisa, kita harus melihat
lebih dalam. Kita harus disengaja, proaktif dan komprehensif dalam pekerjaan kita untuk mendorong
pengembangan karakter yang baik pada orang muda.
2.3 Cara membentuk Karakter
Membentuk karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Seorang siswa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Ada tiga pihak yang mempunyai peran penting, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam pembentukan karakter, ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, seorang siswa mengerti baik dan buruk. Ia mengerti tindakan apa yang harus diambil serta mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, ia mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, seorang siswa tidak mau menyontek ketika ulangan tengah berlangsung. Karena menyontek adalah kebiasaan  buruk, ia tidak mau melakukannya. Ketiga, siswa di dalam lingkungannya mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya.
Karakter-karakter yang baik harusnya dapat dipelihara. Hal pertama yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter seorang siswa adalah dirumah. Ketika usia mereka di bawah tujuh tahun adalah masa terpenting dalam menanamkan karakter pada anak.  Dalam hal ini, orang tua (keluarga) perlu menanamkan karakter tersebut sehingga pembangunan watak, akhlak atau karakter bangsa (nation and character building,), mulai tumbuh dan dapat berkembang dalam kesehariannya.
Selanjutnya, dalam membangun karakter seorang siswa, pihak sekolah perlu memperhatikan aturan dan tata tertib yang berlaku disekolah. Di era globalisasi ini, banyak sekolah yang sudah jarang sekali menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga hubungan antara guru dan siswa tidak begitu akrab. Begitu juga dengan banyaknya siswa yang acuh tak acuh dengan keberadaan guru, tidak menghormati guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu memperhatikan pembinaan sikap dan karakter masing-masing siswa dengan cara membina dan meningkatkan intelektualisme dan profesionalisme. Selain itu, pihak sekolah juga dapat menerapkan nilai-nilai karakter pada siswa dengan membuat aturan dan tata tertib yang dapat menumbuhkan karakter-karakter baik, misalnya dengan membuat kantin kejujuran. Dalam hal ini, sekolah dapat menumbuhkan karakter kejujuran pad setap siswa.
2.4 Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sangat baik diterapkan, terutama bagi seorang siswa. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang siswa akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan seorang siswa dalam menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Selain itu, pendidikan karakter adalah kunci keberhasilan individu.
Karakter tersebut diharapkan menjadi kepribadian utuh yang mencerminkan keselarasan dan keharmonisan dari olah HATI (kejujuran dan rasa tanggung jawab), PIKIR (kecerdasan), RAGA (kesehatan dan kebersihan), serta RASA (kepedulian) dan KARSA (keahlian dan kreativitas).
2.5 Tujuan ,Fungsi , dan Media Pendidikan Karakter
Sebernarnya pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong  royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdasarkan takut akan Tuhan. Adapun fungsi-fungsi pendidikan karakter, antara lain:
a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik , dan  berperilaku baik.
b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur.
c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter di lakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga ,satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
2.6 Dampak Pendidikan Karakter
Berdasarkan buletin Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership, diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Begitu juga halnya dengan buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001). Buku ini mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Seorang siswa yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Siswa yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.
2.7 Prinsip Pendidikan Karakter
Berikut ini adalah 11 prinsip-prinsp pendidikan karakter.
  1. Komunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik.
  2. Sekolah berusaha mendefinisikan “karakter” secara komprehensif,  di dalamnya  mencakup berpikir (thinking), merasa (feeling), dan melakukan (doing).
  3. Sekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif dalam  pengembangan karakter.
  4. Sekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.(caring)
  5. Sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral (moral action).
  6. Sekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh  peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan.
  7. Sekolah mendorong siswa untuk memiliki motivasi diri  yang kuat
  8. Staf sekolah ( kepala sekolah, guru dan TU) adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa  berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. Mereka menjadi  sosok teladan bagi para siswa.
  9. Sekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan  pendidikan karakter dalam jangka panjang.
  10. Sekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter
  11. Secara teratur, sekolah melakukan asesmen  terhadap budaya dan iklim sekolah, keberfungsian para staf sebagai pendidik karakter di sekolah, dan sejauh mana siswa  dapat mewujudkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
2.8 Indikator Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada siswa dan membiasakan mereka dengan kebiasaan yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Berikut 18 indikator pendidikan karakter bangsasebagai bahan untuk menerapkan pendidikan karakter pada siswa:
a. Religius, adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur, adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi, adalah sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
d. Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras, adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif, adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk  menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri, adalah sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis, adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
j. Semangat kebangsaan, adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta tanah air, adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai prestasi, adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,  mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komuniktif, adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai, adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
o. Gemar membaca, adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial, adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab, adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
2.9 Implementasi Pendidikan Berkarakter
Pendidikan berkarakter formal dimulai ketika anggota dari sebuah sekolah, bersama dengan luas keterlibatan anggota masyarakat, datang bersama-sama untuk menentukan nilai-nilai inti etika bahwa mereka berbagi dan bentuk yang dasar pendidikan yang baik di sekolah khusus mereka. Ini nilai-nilai kemudian menjadi dasar bagi semua bahwa sekolah tidak-kurikulum, pengajaran strategi, budaya sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dll pendidikan Karakter adalah demikian dimasukkan ke dalam masyarakat luas.
2.10 Tips untuk Mengimplementasikan Pendidikan Karakter di Sekolah
Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah.
a.       Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
b.      Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
c.       Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
d.      Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.
e.       Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan
f.        Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran
g.       Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakter mempunyai banyak arti, diantaranya, kemampuan untuk mengatasi secara efektif situasi sulit, tidak enak atau tidak nyaman, atau berbahaya. Dengan pengertian tersebut karakter menuntut kecerdasan otak, kepekaan nurani, kepekaan diri dan lingkungan, kecerdasan merespon, dan kesehatan, kekuatan, dan kebugaran jasmani. Pembentukan karakter pada anak dimulai sejak anak berusia dini. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Pembentukan ini juga seiring dengan perkembangan kognitif pada anak, yang pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang telah dimiliki ke arah keseimbangan baru yang diperolehnya. Dengan perkembangan itu seorang siswa dengan cepat dapat menerima karakter yang baik. Lingkungan sekolah tentunya berperan besar dalam pembentukan karakter pada anak. Intensitas pertemuan yang hampir setiap hari dengan guru dan teman-teman sekolah tentunya membuat anak mencari-cari dirinya melalui hal yang mereka lihat, rasakan, dengar, dan tiru dari lingkungan sekitar.
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang baik terhadap tuhan yang maha esa, dirinya ,sesama lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional. Pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi ( pengetahuan ) dirinya dan di sertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Dari pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan berkarakter merupakan upaya-upaya yang di rancang dan di laksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa,diri sendiri ,sesama manusia , lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran ,sikap, perasaan ,perkataan ,perbuatan berdasarkan norma-norma agama , hukum ,tata krama , budaya, dan adat- istiadat.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan bahwa :
a.       Pendidikan berkarakter sebaiknya harus ditanamkan sejak kecil pada anak agar karakter-karakter baik dapat bertumbuh dalam dirinya.
b.      Lingkungan sekolah yang positif dapat membantu seorang siswa dalam membangun karakternya. Oleh arena itu, pihak sekolah hendaknya menciptakan lingkungan sekolah yang positif.
c.       Sebaiknya, guru sebagai orang tua siswa di sekolah dapat menanamkan pendidikan karakter kepada mereka dengan cara memberi teladan dan disiplin tentang pendididkan karakter yang baik.
d.   Segala sesuatu yang baik akan berujungkan pada hasil yang baik pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar